Dapat dikatakan, mayoritas masyarakat di Indonesia berduka atas meninggalnya seorang putri di pulau “Dewata”. Pihak yudikatif masih berusaha untuk mengungkap kasus tersebut hingga sekarang. Satu hal yang menarik perhatian saya dalam proses tersebut adalah nihilnya usaha masyarakat, khususnya dunia pendidikan tempat putri tersebut menimba ilmu, untuk mencegah kejadian memilukan itu. Sepanjang pengetahuan saya terkait kasus ini, sekolah tersebut belum melakukan tindakan konkret untuk menyelamatkan sang putri, walaupun pihak sekolah sudah mengetahui indikator keganjilan kehidupan sang putri. Di sisi lain, pemberitaan menyatakan bahwa sekolah sudah menyiapkan langkah untuk menyelamatkan sang putri. Sayangnya, hal tersebut hanya sebatas “persiapan” yang berakhir terlambat.
Manuscript of thought
Refleksi: Orientasi Masyarakat Desa
Tulisan ini juga tersedia di Academia
Dialog dengan masyarakat desa membuahkan refleksi bahwa mereka memiliki orientasi yang berjangka pendek, secara khusus adalah mereka hanya ingin terus-menerus memenuhi kebutuhan ekonominya. Mereka menolak menjalani proses untuk menanam investasi dalam dirinya, yaitu melalui pendidikan. Menurut literatur, secara teoritis, hal tersebut dikarenakan mereka merupakan: (1) kelas pekerja yang memiliki orientasi fungsional, dan (2) mayoritas pekerja petani yang memiliki pola pemikiran “safety first”. Namun, kondisi tersebut bukanlah kondisi final yang niscaya tidak dapat dirubah. Merujuk pada Freire, hadirnya dialog mampu merubah orientasi mereka.